Jumat, 05 Juni 2015

AS = BJ

“Bu, di TV tadi ada yang ngomong “bajingan” lho bu. Saru ya?”
Ibu menanggapi, “Iya, itu saru.”
Tidak hanya mendengar dari TV, bajingan juga saya dengar dari anak-anak SMP yang saat itu nongkrong di dekat halaman rumah. Lalu, saya masuk ke rumah dan mengadu kepada ibu,
“Bu, di luar ada yang ngomong bajingan lho.”
Ibu pun kurang-lebih menanggapi, “Saru itu, nggak boleh ngomong begitu!”
2. ASU
Asu adalah kosakata Bahasa Jawa yang berarti “anjing”. Di masyarakat yang menggunakan Bahasa Jawa untuk berkomunikasi, kata ini sering diucapkan untuk menghina seseorang dan sekadar makian yang diucapkan saat seseorang kecewa. Beberapa teman kuliah berpikir bahwa asu ini wajar diucapkan saat berkumpul dengan kawan-kawan sebaya atau satu klik.  Dengan kata lain, asu – begitu pula makian yang lainnya – dipandang sebagai suatu ucapan yang menunjukkan simbol keakraban. Namun bagi masyarakat berbahasa Jawa secara umum, mengucapkan asu untuk memaki adalah saru. Mengucapkan asu tidak dianggap saru selama diucapkan untuk menunjuk anjing dan selama tidak diucapkan dengan nada keras (marah).
Saat saya masih sekolah di SD, saya dan bapak pernah membicarakan asu ini. Kata bapak, “Asu, kalau ngga diomongin sambil marah-marah ya ngga saru.” Itu masih bisa diartikan, kalau asu tidak diucapkan untuk memaki, berarti boleh.
Saat ini, di lingkungan kampus dan tempat tinggal, asu sering sekali diucapkan untuk saling ejek dan mengutarakan kekecewaan. Begitu pula saat berkumpul dengan kawan-kawan. Contoh makian asu: “Asu!”, “Asu tenan!”, “Heh, Su!”, “Wasyuu!”, “Suog! (modifikasi dari asu kok)”, “Asuik! (modifikasi dari asu ki)”, dsb. Selain itu, saat seseorang mengucapkan asu, sering dilanjutkan dengan mengucapkan bajingan. Misalnya, “Asu Bajingan Koe!”
Untuk ucapan asu yang tidak saru, misalnya ketika saya menjumpai anjing berjalan sendiri melewati depan rumah. Aku pun berkata kepada adik saya,
“Eh, ana asu!”
Saat saya di rumah kawan yang memelihara anjing, saya pernah bertanya, “Oh, iki to asu mu?”
..
Ya, begitulah.
Lalu, tetap mau ngomong saru?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar