A.
Keputusan
dan Tindakan Moral
Dari sudut /integritas saya adalah yang menjunjung nilai-nilai kejujuran,
independensi dan nilai-nilai moral. Tidak lagi sebagai nilai-nilai sentral.
Sungguh-sungguh kalau tidak berasal dari keputusan bebas manusia. Tetapi disini
kebebasan dan tanggung jawab menjadi syarat mutlak dalam melakukan keputusan
tindakan politik.
Integritas tidak hilang sebagai nilai-nilai yang saya anut. Dalam
mengkoordinir kepentingan politik.
Dengan hati nurani, saya junjung nilai-nilai itu adalah hasrat yang
menyeimbanan. Himbauan itu lebih kuat mendorong dari kesadaran hatiu nurani.
Bahwa nilai-nilai integritas yang saya miliki membangun karakter saya, dalam
melakukan kinerja. Bahwa, nilai yang saya anut menimbulkan suara hati yang
nuntut kita mentaati aturan-aturan kaidah-kaidah dan nilai-nilai moral,
undang-undang dan memuji kita bila dapat mewujudkan dalam tindakan.
Kaidah moral itu berlalu dan menjadi kewajiban bagi saya untuk
mentaatinya. Karena kenyataan kesadaran moral yang menuntun laku dan
nilai-nilai ini menyangkut pribadi manusia dan tanggung jawab sebagai pemimpin.
a.
Ada
asas norma yang datang dari dalam diri manusia.
b.
Ada
asas norma yang terdapat di luar diri manusia.
Ada banyak sekali norma-norma tidak berhenti pada norma-norma hukum
dan norma moral.
Norma moral membuka langkah apakah perilaku kita seiring dengan
tata nilai yang kita akui, atau tidak dalam konteks ajaran moral terkandung
dalam nilai-nilai agama dan moral yang saya anut, pancasila membuka motivasi
dan inspirasi supaya kita mematuhi norma-norma hukum, tanpa penekanan, atau
paksaan dan kepada orang dilakukan pendekatan agar norma itu dijaga. Dapat
dilakukan dengan landasan kesadaran, laku, yang kita perbuat sehari-hari.
Integritas yang saya miliki tidak terlepas dari pandangan moral
yang saya akui. Dimana nilai moral yang saya anut tidak terpisah dengan
nilai-nilai lainnya.
Karena setiap nilai dapat mempunyai bobot moral, bila
diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Tetapi apakah yang menjadi kehasan
moral itu. Biasanya moral itu numpang kepada nilai-nilai, adat kebiasaan
masyarakat yang dianut dan nampak seperti nilai moral yang tinggi. Persoalannya
adalah bahwa nilai-nilai itu muncul atau ada sebelum tahapan moral. Sesuatu
dikatakan bernilai, secara moral bila sudah ada tindakan. Ada suatu tindakan
nyata apakah itu anarkis maupun susila.
Maka itu nilai moral itu berkaitan erat dengan keyakinan orang.
Tanggung jawab hati nurani, yang bersifat otonom yang mewajibkan orang
melakukan ini atau itu dan kewajiban-kewajiban formal lain.
Bahwa nilai-nilai itu berkaitanm dengan pribadi manusia, yang
bertanggung jawan. Nilai-nilai moral itu mengakibatkan bahwa seseorang itu
bersalah atau tidak bersalah. Idirnya sendiri menilainya dan masyarakat
meyakininya. Karena ia bertanggungjawan pada masyarakat sedang bila ada
akomodasi nilai-nilailain yang tidak begitu, maka tingkah lakunya juga berubah
dan terpengaruh.
Pandangan
saya tentang diri saya
Dalam memimpin orang lain saya akan melakukan pendekatan persuasif,
sebagai tindakan kontrol luar, dengan mengendalikan dari dalam menilaikan
perbuatan manakala yang bisa dan boleh ditembangkan. Dengan nilai etis ditinjau
dari suasana batinnya :
A.
a.
Perbuatan
sadar, tindakan yang menyengaja dilakukan pelaku
b.
Perbuatan
tak sadar : tindakan di luar kontrol sukmanya.
Itu pengaruh perbuatan diri sendiri
B. Perbuatan oleh orang lain
Tindakan yang dilakukan oleh karena pengaruh oleh orang luar.
Pengaruh disini, dilancarkan berhubungan dengan adanya berbagai alasan yang
dianggap perlu oleh pihak yang mempengaruhinya. Kuat lemahnya alasan orang itu
merupakan bentuk pengaruh yang dilancarkan pengaruh itu. Bisa berupa saran,
teguran, tindakan, anjuran, nasehat, tekanan, paksaan, peringatan bahkan
ancaman.
Pengaruh-pengaruh
tersebut selain kadang sebagai tekanan ataupun paksaan, dan peringatan atau
ancaman. Bagi saya, masih bisa diambil ruang gerak dan memberi keleluasaan
untuk berfikir pada subyek maupun objek, untuk memilih dan menentukan tindakan
mana yang dipilih. Jadi masih ada hak melaksanakan kemauan bebasnya.
Maka itu atas
dasar moral orang dipandang khusus dalam pengertian mengenai dampak baik dan
buruk. Dengan kacamata masing-masing. Tapi yang jelas moral yang menjadi dasar
kategori orang ada niat ada hak melaskanakan kemauan bebas.
Ketika kita
dihadapkan pada dilema nilai-nilai pribadi dan integritas, kita berada dalam
satu keputusan batin. Lalu sesudah itu dinyatakan melalui bahasa terhadap
maslah tersebut. Lalu baru dapat difahami, lalu menjelma kepribadian murni.
Disitulah nilai-nilai berlaku.
Ia memerlukan
waktu, perumusan pengertian akan kejadian, penelusuran, penelitian menuju ke
sasaran pengalaman. Dalam hubungannya dengan nilai etis, ini belaknya menjurus
pada perbuatan, Perbuatan kitalah yang menjadi bahan tinjauan, kajian
pembicaraan orang lain sebagai koridor penilaian.
Peninjauan
tempat nilai-nilai etis itu ditempatkan dia menjadi objek pada saat mana etika
mencoba trik-trik lainnya.
Dengan demikian
saya bila mendapatkan satu masalah maka ada sistem nilai yang serta yang dianut
masyarakat yang menjadi dasar acuan khusus dimana di dalamnya bergumul
gejolak-gejolak aktifitas-aktifitas khusus yang heterogen yang berbeda. Pola
berfikir dan bekerjanya misalnya mereka yang kelompok agraris pedesaan dan
industri, perdagangan, perkotaan, yang terjadi pada umumnya dikota bersifat
egois dan individual. Kalau di kota barometernya materi dan kalau di desa
barometernya ketokohan, kelakuan dan kerukunan.
Maka saya akan
memahami situasi khusus ini dengan melakukan, menentukan masalah, kemungkinan
maslaah, mewancarainya, menganalisa, mendiskusikan dan menyimpulkannya.
Maka karena
sikap dan langkah persoalan itu tidak lepas dari sifat subjektif. Baik itu
sifat menentang, mendukung, ataupun menambah akan saya akomodir pendapat
berbagai pihak. Walau subjektif atau inter subjektifitas orang.
Demikian
beberapa pandangan saya dalam upaya mendeskripsikan pengalaman tentang
integritas dan kualitas, karakter kepemimpinan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar